Beyond a history by Albeniawati G.
Film yang diangkat dari sebuah novel karya J.K Rowling, “Harry Potter” menjadi salah satu pembahasan hangat ditengah anak-anak muda di seluruh dunia. Cerita fiksi ini benar-benar memberikan pengaruh yang besar, bukan saja dalam hal mereka berpenampilan, tetapi juga dalam sistem moral. Sebuah buku yang berjudul “The Wisdom of Harry Potter” mengungkapkan kekagumannya pada Rowling yang menggunakan sejarah untuk memberi wujud dan kebiasaan pada dunia sihirnya, memberi sentuhan dramatis dalam tiap kejadian dan mengembangkan sistem moral (2003, p.xii). Harry Potter sebagai tokoh utama dalam film ini dapat berhasil melawan Voldemort karena ia benar-benar telah mengenal dan belajar dari sejarah hidupnya. Sejarah menjadi titik penting dalam yang menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa akan datang.
Masa kini, kebanyakan orang tidak mengetahui dan tidak mau mengetahui betapa pentingnya belajar sejarah. Belajar sejarah berarti belajar untuk mengingat tanggal, tempat, dan orang-orang yang sudah tiada. Menurut Stephen Tong, orang-orang yang seperti ini adalah orang-orang yang hanya tahu menerima sejarah, tetapi tidak memikirkan apa makna khusus dari sejarah itu (p.13). Pandangan akan sejarah tidak lagi berarti, apalagi pada abad ke 21 ini dimana segala sesuatu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang memberi pandangan terhadap masa lalu tidak lebih baik dari masa depan. Dalam kekristenan, semua kebenaran adalah kebenaran Allah. Segala sesuatu harus dilihat dari cara pandang Allah, termasuk dalam memandang sejarah. Orang Kristen percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang dinyatakan melalui sejarah dalam bentuk tulisan. Para arkeolog secara konsisten mendukung penegasan bahwa Alkitab adalah sebuah dokumen sejarah yang dapat dipercaya (Noebel, 2006, p.392). Alkitab menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah dan untuk Allah (Kolose 1:16). Allah yang tidak hanya menciptakan tetapi juga memberi kehidupan dan memelihara. Dia-lah yang berdaulat menciptakan, mengatur dan memberi makna/tujuan sejarah. Hal ini bertentangan dengan teori evolusi yang dipercaya oleh paham humanis sekuler. Paham ini percaya bahwa sejarah hanya dapat dimengerti dalam arah dan petunjuk dari kecerdasan dan intelektual manusia (Noebel, 2006, p.406). Harry Barnes, seorang penganut paham ini mengatakan bahwa sejarah dibentuk oleh perkembangan manusia seperti yang dikondisikan oleh lingkungan sosialnya (Noebel, 2006, p.407). Ada beberapa dapat dikritisi terhadap pandangan ini (Mansfiled, 2000, p.8). Pertama, pandangan ini hendak mengatakan bahwa semua kehidupan adalah suatu hal spontan, tiba-tiba (an accident), yang berarti segalanya tidak ada tujuan dan tidak berarti. Kedua, ini menyatakan bahwa segala sesuatu berkembang dari yang sederhana menjadi kompleks, dari yang usang menjadi baru dan diperbaharui (Mansfield, 2000, p.8). Peristiwa hari ini tidak lebih penting dari peristiwa yang akan datang. Akibatnya, kehidupan menjadi tidak berarti, tidak ada yang mutlak, semua adalah perubahan. Mansfield (2000, p.22) menyatakan ada empat pilar dari pandangan Kristen terhadap sejarah. Pertama, Allah mengatur sejarah. Alkitab memberikan bukti mengenai ini. Keseluruhan peristiwa di Alkitab tidak ada yang tidak berhubungan karena memang Allah ingin menyatakan bahwa Dia yang mengatur segalanya. Kedua, Allah mempunyai tujuan dalam setiap peristiwa yang memberikan makna pada sejarah itu. Sejarah yang tercatat dalam Alkitab mempunyai satu tujuan yaitu tindakan Allah menyelamatkan manusia. Ini berarti setiap peristiwa dan segala ciptaan tidaklah sia-sia, semua digunakan Allah untuk menggenapi kehendak-Nya. Ketiga, sejarah adalah sebuah tabung waktu di tengah kekekalan. Allah menciptakan sejarah, seperti sebuah tabung, ada awal dan akhirnya. Awalnya adalah penciptaan dan akhirnya adalah kesudahan waktu. Manusia memulai hidup dan mengalami waktu dalam tabung itu. Tetapi di luar tabung adalah kekekalan, yang tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Meskipun manusia berada dalam tabung yang terbatas, tetapi Allah memberi kekekalan dalam hatinya, yang adalah inti yang menyatakan bahwa manusia adalah diciptaan untuk kekekalan (Manfield, 2000, p. 18). Dengan kata lain, bagi kekristenan, meskipun sejarah akan berakhir, tetapi kehidupan kekal tetap ada dan akan memberi makna pada sejarah tersebut. Keempat, sejarah adalah medan perang antara dua kerajaan roh/spiritual, yaitu Kerajaan Allah dan kekaisaran jahat dari setan (kegelapan). Dalam sejarah kita melihat bahwa selalu ada perang antara kebenaran dan kasalahan. Pilar-pilar di atas sebenarnya hendak menyatakan bahwa sejarah adalah hal yang penting untuk dipelajari karena di dalam sejarah Allah menyatakan pribadi dan kehendak-Nya. Belajar sejarah berarti belajar untuk mengenal kebenaran Allah di segala aspek. Tetapi manusia cenderung tidak mau belajar baik-baik dari sejarah sehingga banyak mengalami kegagalan yang berulang. Seorang filsuf besar dari Jerman, Karl Marx mengatakan: “Pelajaran terbesar dari sejarah adalah manusia tidak pernah belajar dari sejarah” (Tong, 2010, p.15). Sebagai guru Kristen yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik siswa di dalam kebenaran Allah, maka sejarah menjadi sangat sangat penting untuk diintegrasikan dalam setiap pengajaran. Contoh sederhana, ketika mengajarkan gaya gravitasi yang ditemukan oleh Isaac Newton. Sejarahnya mengatakan bahwa ketika menemukan teori tersebut, Isaac tengah duduk di bawah sebuah pohon apel yang rindang. Saat sebuah apel jatuh dan menimpa kepalanya, peristiwa itu menjadi penanda ditemukannya teori gravitasi. Dari peristiwa yang sederhana ini, Newton kemudian merumuskan hukum gravitasi. Hukum yang telah menjadi salah satu penemuan yang menguatkan kesalahan teori geosentris yang dipegang kuat oleh gereja (aristotelian) zaman itu (penafsiran yang salah dari Pengkhotbah 1:5) dan mendukung teori Heliosentris oleh Galileo. Dari sejarah ini, siswa akan melihat bagaimana ilmu pengetahuan itu terus berkembang dan muncul dari kebenaran dalam Alkitab. Jika dilihat dari perspektif Humanis ataupun Marxis, maka sejarah perkembangan ilmu pengetahuan ini tidak akan memberi makna, karena bagi mereka semua muncul secara kebetulan dan tidak ada yang absolut. Kebenaran pengetahuan saat ini suatu waktu tidak menjadi kebenaran lagi. Dari perspektif Kristen, perkembangan ilmu pengetahuan justru dipandang sebagai alasan yang mendukung ajaran Alkitab. Sebuah artikel tentang dampak kekristenan dalam ilmu pengetahuan menuliskan: “Whitehead menyatakan bahwa Kekristenan adalah ibu dari ilmu pengetahuan karena ajarannya akan "rasionalitas Allah". Karena ilmuwan mula-mula percaya bahwa dunia ini diciptakan oleh Allah yang bernalar, mereka tidak terkejut sewaktu mendapati bahwa orang dapat menemukan sesuatu yang benar dari alam semesta ini berdasarkan penalaran. Adanya keteraturan dan hukum-hukum alam juga memungkinkan terjadinya berbagai penemuan dan pengembangan teknologi. Pandangan dunia Kristen, dengan demikian, telah memberikan ruang bagi "keyakinan akan kemungkinan perkembangan ilmu pengetahuan" (Marto, 2004). Melalui sejarah penemuan hukum gravitasi ini, seorang guru dapat mengintegrasikan kebenaran Allah dalam ilmu pengetahuan. Integrasi ini akan memberi makna yang berarti bagi siswa dalam memandang betapa pentingnya setiap peristiwa dipandang dari perspektif Allah. Sejarah akan membuat mereka lebih menghargai ilmu pengetahuan dan mengenal Allah. Allah yang mencipta dan mengatur segala sesuatu. Belajar sejarah lebih dari sekedar mengingat tanggal dan orang-orang yang sudah tiada (Mansfield, 2000, p.101). Melalui sejarah kita akan mengetahui mengapa sesuatu terjadi dan apa makna/tujuannya. Kedua hal ini sangat mempengaruhi cara pandang yang berakibat pada tindakan yang diambil. REFERENSI Kern, E. (2003). The wisdom of Harry Potter. Dipetik August 6, 2011, dari Google books: http://books.google.co.id/books?id=2kYGGtS_HHQC&pg=PP14&lpg=PP14&dq=sejarah+dalam+cerita+harry+potter+-com&source=bl&ots=6wD47fX5mV&sig=tyXlLikvJmzq57G5sgR5M1ZOXE8&hl=id&ei=KAlhTuXbE6XksQKIvbH3Dw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=10&sqi=2&ved=0CE8Q6AEw Mansfield, S. (2000). More than dates & dead people. Highland Books. Marto, D. (2004). Dampak kekristenan: Ilmu pengetahuan. Dipetik Sept 7, 2011, dari Geocities: http://www.geocities.ws/denmasmarto/artikel67f.htm Noebel, D. A. (2006). Understanding the times. Manitou Springs: Summit Press. Tong, S. (2010). Pemuda dan krisis zaman. Surabaya: Penerbit Momentum. |